Seni Bantengan. Kesenian rakyat Bantengan
berasal dari Kecamatan Pacet tepatnya di desa Made yang dahulunya
merupakan desa yang berdekatan dengan lereng Gunung Welirang. Konon
kawasan hutan tersebut banyak hidup bermacam-macam hewan liar termasuk
diantaranya Banteng yang saat ini sudah punah. Pada saat itu, seorang
penduduk desa Made yang bernama Paimin tengah memasuki hutan dan
mendapatkan seonggok kerangka Banteng yang masih lengkap. Kerangka
Banteng itu dengan susah payah dibawah pulang dan dibersihkan kemudian
ditempatkan di salah satu tempat rumahnya.
Dari kejadian itu
Paimin mendapat inspirasi untuk mengenang satwa Banteng dengan sebuah
atraksi Atraksi itu dimainkan dua orang, 1 orang didepan memainkan
kepala dan sekaligus sebagai kaki depan dan 1orang dibelakang sebagai
pinggul sekaligus sebagai kaki belakang. Antraksi gerakannya
menggambarkan, gerakan - gerakan dan sikap banteng sewaktu sedang
berkelahi. Untuk menyemarakkan atraksi itu dilengkapi dengan musik
terbang dan jidor. Dalam atraksi ditampilkan banteng sedang berlaga
dengan satwa lain seperti harimau, kera dab burung bahkan mulai
dikembangkan dengan kesenian pencak silat dan barongsai. Begitulah
cerita singkat seni Bantengan!
PENGANTIN MOJOPUTRI
PENGANTIN MOJOPUTRI
Di bidang seni dan budaya, Kabupaten Mojokerto mempunyai busana adat
pengantin Mojoputri dan Upacara adat temu manten Mayang Kubro.
Pakaian Adat Pengantin Mojoputri
Tata rias Pengantin Mojoputri sekar kedaton diangkat dari hasil
penelitian sejarah. Busana Pengantin Mojoputri merupakan hasil
akulturasi budaya yang berkembang sejak abad 13 hingga kini. Ciri yang
mencolok, tata rias ini mengikuti corak dandanan jaman Mojopahit, jaman
kebesaran Islam Demak, Mataram dan jaman penjajahan Belanda.
Upacara Adat Temu Manten Mayang Kubro
Upacara adat ini diangkat dari perpaduan antara nilai tradisi Jawa atau
Mojopahit dengan nilai Islami. Kata Mayang diambil dari kebesaran nama
Raden Wijaya pada saat penobatan menjadi raja Mojopahit menggunakan
mahkota dengan nama mayang mekar. Kubro bermakna agung, biasa dikaitkan
dengan kegiatan ritual yang bernuansa Islam. Upacara adat Mayang Kubro
di Kabupaten Mojokerto ini telah berhasil menjadi penyaji terbaik pada
festival upacara adat se Jatim di Surabaya
UJUNG
Kesenian Ujung tumbuh menjadi kesenian
rakyat sebagai visualisasi perjuangan Raden Wijaya, pendiri Kerajaan
Majapahit, pada saat mengalahkan bala tentara Tartar. Dalam atraksi
kesenian ujung, dua orang petarung atau lebih melakukan aksi saling
cambuk satu sama lain menggunakan rotan. Pertarungan dilakukan secara
sportif dan dalam suasana bersahabat meski terkadang sampai bercucuran
darah. Rotan adalah simbol senjata "Sodo Lanang" yang digunakan Raden
Wijaya dalam pertempuran melawan bala tentara Tar-tar
LUDRUK
Ludruk termasuk seni teater tradisional
yang sangat digemari oleh masyarakat Mojokerto. Untuk menarik para
penggemar seni teater ludruk pada pegelarannya sudah mulai dikembangkan
dan banyak kreasi baru. Penampilan yang lebih segar memberikan pesona
tersendiri bagi penggemarnya. Kesenian ludruk terdapat di Kecamatan
Kemlagi dan Jetis
WAYANG KULIT
Dalam kitab arjuna wiwaha diungkapkan
bahwa kesenian wayang sudah berkembang dan digemari masyarakat sejak
zaman airlangga raja kahuripan, yang menurut beberapa sumber sejarah
ditengarai terletak di wilayah kabupaten mojokerto. dari sumber cerita
jawa menerangkan bahwa kesenian wayang juga dikembangkan pada masa
pemerintahan raja sri aji jayabaya di mamenang kediri sejak tahun 930.
di kabupaten mojokerto kesenian wayang kulit dikembangkan oleh ki dalang
ki asmoro dari bejijong trowulan dengan ciri khas daerah wayang versi
trowulan. Dalang ki asmoro boleh dikatakan perintis dan sekaligus
sebagai guru dari dalang-dalang di kabupaten mojokerto yang dikenal
hingga saat ini
KUDA LUMPING
Kesenian Kuda Lumping adalah gambaran
dari sebuah refleksi proses kehidupan sosial masyarakat, dalam
keberadaan dan perkembangannya di wilayah Kabupaten Mojokerto cukup
positif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar